Coba Bikin FansFict

HARI PERTAMA DISEKOLAH

Namaku Widayat, aku sekarang duduk dikelas X di salah satu SMA di Temanggung. Aku beruntung lahir dikeluarga yang berkecukupan, hal ini aku manfaatkan sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu dengan baik dan aku ingin membahagiakan orang tua, dan beruntung aku di terima di salah satu SMA Favorit, yang membuat kedua orangtua ku sedikit bangga dan tersenyum karena usaha ku tidak sia-sia. Hari pertama masuk sekolah aku awali dengan penuh semangat, setelah kulewati masa-masa MOS yang begitu membuatku geram karena tugas-tugas yang diberikan oleh kakak kelasku. Tetapi dilain sisi ada seseorang yang agak membuatku semangat menjalani semua aktivitas MOS tersebut . Dia adalah Jessica Vania Widjaja, seorang cewek yang menurutku paling cantik dan baik dibandingkan anak-anak OSIS yang menghajarku pada waktu itu. Aku mengetahui namanya saat kulihat bedge nama yang ada di seragamnya. Ah lupakan masa-masa kelam MOS, lanjut ke cerita hari pertama masuk sekolah. Aku sangat bahagia sekali karena ternyata teman-teman baruku sangat asyik. Di X4 semua anak cowok duduk di bagian belakang dan yang cewek otomatis duduk di depan. Untungnya aku mendapat tepat duduk bersebelahan dengan teman lamaku di SMP. Saking asyiknya,waktu tak terasa sudah menunjukkan jam setengah sepuluh.

“Kantin yo bro..” Bima mengajak Chris untuk pergi kekantin, tapi anak-anak yang lainpun juga ikut.

Sesampainya di kantin, aku melihat cewek itu lagi. Daripada aku mati penasaran lalu kucoba bertanya kepada temanku Bilaal yang kelihatannya orangnya pendiam dan bisa diajak berkompromi. Kutarik Bilaal keluar dari kantin. Sesudah itu aku bertanya mengenai kak Jessica Vania.

“Lal! Tau orang itu kaga?”

“Siapa?”

“Tuh anak OSIS yang kemarin ngeospeki kita..” aku sambil menunjuk kak Jessica Vania yang sedang duduk berdua didalam kantin.

Image“Kak Jeje?”

“Kok Jeje sih? Emangnya nama aslinya siapa?”

“Jessica Vania halah… “

“Owalah.. Oke-oke.. Elu kenal?”

“Ya sedikit..dia tu kakak kelasku waktu SMP, sekarang dia kelas sebelas”

“Ha? Yang bener lu? Kok kemarin ikut ngospek kita?” aku bingung karena biasanya yang ngeospek anak baru itu cuma senior dari kelas XII.

“Lha itu kaga tahu gua, coba tanya aja ke kakak kelas”

“Oke deh.. Thanks bro”

 Lalu ku masuk kedalam kantin untuk menyusul teman-temanku. Kupandangi terus wajah kak Jeje. Meskipun jarak tempat dudukku dengan dia bisa dibilang agak  jauh,kak Jeje tetap kelihatan sangat manis dan anggun ketika tersenyum. Dia memang bisa dibilang mempunyai tubuh yang proporsional untuk ukuran cewek, kira-kira tingginya 166 cm dengan bentuk tubuh yang sangat ideal. Saat lagi enak-enaknya ngelamun tiba-tiba “Kringgggggg……” bel masuk berbunyi, dengan sangat kecewa aku berjalan ke kelas sendirian karena teman-temanku ternyata sudah kembali kekelas saat aku asyik melamun. Hari itu ternyata semua kelas tidak ada pelajaran, karena para guru sedang rapat di ruang guru. Tak ku sia-siakan kesempatan itu, aku lau ingin mencari informasi tentang kak Jeje di kelas XI. Kebetulan aku mempunyai teman yang sekarang juga kelas XI, dia adalah Achan. Tanpa pikir panjang aku langsung melesat bagai orang berjalan menuju ke kelasnya Achan yaitu XI IPA 5. Sesampainya disana aku melihat Achan sedang bermain gitar bersama temannya didepan pintu kelas..

“Can!” ku panggil dia dengan suara yang lantang. Dia mendengar lalu menghampiriku.

“Wuih.. anak SMA ni ye…” pujinya sambil mencubit pipiku.

“Ah.. kok masih aja lho, malu ah rame nih..”

“Hahahaha.. iyaiya, tumben nyari aku, mau nraktir ya?”

“Pede ah.. ada waktu luang? Aku mau tanya sesuatu nih”

“Apa? Pentingkah buat diriku?” dengan nada centil dia bertanya.

“Kebiasaan ah”

“Hahaha.. apa apa?

“Ya tapi nggak disini juga kali, duduk disitu ah..” aku sambil menunjuk sebuah bangku taman yang ada di samping mushola. Aku memang sudah menganggapnya seperti kakak sendiri dan dia pun jaga demikian karena Ibuku dan ibunya Achan memang ada hubungan darah, sehingga aku bicara dengannya tanpa canggung.

“Meh tanya apa?”

“Kenal kak Jeje?”

“Kenal.. kenapa sih? Suka ya? Aaaaa..”

Aku hanya bisa tersenyum ketika Achan berkata begitu.

“Dia anaknya baik,lucu dan dia juga anak OSIS,pramuka dan dia jaga pinter kalau disuruh main alat musik dan dia juga masih single dan…..” belum selesai Achan ngomong aku keburu memotongnya karena dia bicara tanpa spasi dan kata-katanya pun berbeli-belit.

“Hasyah.. Dan dia juga, dan dia juga mulu sih..”

“Hahaha, satu lagi, Dia satu kelas denganku lho..”

“Satu kelas ha’a..?” bagai mendapat durian runtuh pikirku.

“Tak kenalin?”

“Besok aja ah.. “

Tanpa bertanya dia langsung menarik tanganku dan membawaku ke kelasnya. Sesampainya di kelas, Achan lalu berteriak “ Je… Ada yang nyari nih” otomatis semua anak yang ada di kelas itu menyorakkiku beramai ramai “Cieeeeeeeeee…”

“Ah! Jadi gini! Kamu sih” aku keluar kelas dan menyalahkan tindakkan Achan tersebut.

“Halah, gapapa, mereka emang biasa gitu kok”

“Bukan masalah itun…” Aku berhenti mengomel karena kak Jeje sudah keluar dan menemui kami berdua.

“Ada apa?” tanya Jeje pada Achan.

“Ini ada fans lu..”  kata Achan sambil menyeret ku ke hadapan kak Jeje. Waktu itu aku hanya bisa terdiam karena kulihat ada bidadari dihadapanku.

“Adik kelas ya?

“I..i..i..Iya kak…” dengan gugup aku menjawab.

“Eh.. Aku tinggal dulu ye..” kata Achan sambil berlari meninggalkan kami berdua. Aku bingung dan sangat gugup melihat wajah kak Jeje di depanku.

“Santai aja halah, aku nggak gigit kok.. hahaha..” Dia menepuk pundakku sambil berbicara seperti itu.

“Nggak” aku mencoba menghilangkan rasa gugup ku tapi itu semua tidak bisa kulakukan, entah mengapa akupun tidak tahu.

“Jessica Vania..Panggil aja Jeje” dia memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan ke arahku.

“Widayat, anak X4” lalu kami berdua bersalaman. Waktu itu aku bingung jangan-jangan di bidadari beneran lagi karena tangannya yang putih bak susu dan halus seperti sutera. Sampai-sampai aku lupa untuk melepaskan tangannya dari genggamanku.

“Eh..? melamun terus lho?”

Aku kaget lalu kulepaskan tangannya. “Maaf, kebiasaan” dengan lirih dan tersenyum aku menjawab pertanyaan kak Jeje.

“Kamu yang kemarin dihukum karena telat MOS hari pertama itu ya? Aku masih ingat denganmu”

“Ah, MOS lagi” jawabku dengan sedikit kesal. Untungnya dia pengertian.

“Hahaha.. Iyaiya maaf, kekantin yuk?” dia mengajakku ke kantin. Waktu itu aku lupa karena dompetku ketinggalan di kelas. Ingin ku menolakknya, tapi bagaimana? Lalu kuberanikan untuk jujur saja.

“Aduhh.. Dompetku ketinggalan dikelas kak..”

“Eh.. jangan panggil aku kakak, aku nggak mau terlihat agak tua” kulihat dia agak cemberut dan mengerutkan keningnya.

“Oke-oke.. Di bawah pohon itu aja yuk, kaga usah kekantin.. mending lihat pemandangan daripada kekantin, hahaha..” lalu kami duduk rumput dekat lapangan dan melihat pemandangan didepan, hanya berdua!!.. dan aku mulai terbiasa dengan situasi seperti ini.

“Kaya orang pacaran aja nih jadinya..” aku terkejut saat Jeje berkata seperti itu.

“Ya kan aku ingin kenal Jeje lebih jauh lagi”

“Lho? Emang apa menariknya aku?” aku bingung ingin menjawab bagimana.

“Pas kulihat Jeje pertama tu rasanya gimanaaaa gitu..”

“Ah, bisa aja kamu tu” Kulihat mimik wajahnya yang agak sedikit berubah memerah.

“Eh? Aku minta nomor HPnya boleh?” Ku bertanya sambil memberikan HP Samsung Galaxy S4 ku, setelah beberapa menit HP itu dikembalikannya kepada. Dan tak lupa aku berterima kasih.

“Muucih ea kakak..”

“Alay ah.. hahaha…” katanya sambil mendorongku kesamping.

Beberapa menit kami bercakap-cakap terdengar suara sayup-sayup dari kejauhan. Ya, itu adalah suara bel pulang.

“Eh.. udah bel, Balik kekelas sana..”

“Wahhhh, kayakknya aku diusir nih.. Eh..Bawa motor?”

“Enggak, aku naik angkot..” jawabnya sambil berdiri “Nah! Kesempatan nih..” Pikirku dalam hati.

“Entar aku anter ya pulangnya?”

“Nggak usah.. Ngerepotin nanti malah”

“Nggak, santai aja..”

“Hahaha, iya deh, terimakasih yaaa…”

“Kan belum dianter pulang, kok sudah berterimakasih?”

“Ya kan nggakpapa berterimakasihnya didepan..” jawabnya sambil tersenyum.

“Iya deh, terserah kamu, Eh.. Terserah Jeje aja..”

“Groginya sudah ilang nih? Hahaha..”

“Ha? Apa? Eh iya..Udah, tadi tuh, jatuh diselokan..” aku memasang wajah bingung.

Tak terasa tadi kami ngobrol sambil berjalan ke kelas, dan akhirnya sampai juga di kelas XI IPA 5. “Nanti kekelasku ya..” mintaku kepada Jeje. Dia hanya membalas dengan sebuah senyum yang sangat berarti bagiku. Sampainya dikelas, aku membereskan buku-bukuku yang berserakan. Lalu tak lama kemudian Jeje menghampiriku. Sama seperti di kelas XI tadi,anak –anak dikelasku juga riuh seperti supporter di stadion. Aku sedikit geram karena temenku semuanya pada kepo. Lupakan lah, lalu aku menghampiri Jeje dan mengajakknya pulang. Aku menuju rumahnya dengan motor Ninja kesayanganku, dijalan kamipun tetap asyik mengobrol. Sesampainya dirumah Jeje dan baru sampai pintu gerbang, kedua orang tuanya keluar menghampiri kami. Langsung saja aku langsung berpamitan karena kulihat langit sudah agak gelap karena mendung.

“Nggak masuk dulu?” tanya Ayah Jeje

“Enggak Om, terimakasih.. lain kali aja”

“Pulang dulu ya Om,Tante, Je..” sebagai anak yang baik, tidak lupa aku berpamitan dengan yang empunya rumah. Lalu Jeje menghampiriku “Ati-ati ya dijalan.. kalo udah sampe rumahSMS ya..” kata Jeje sambil tersenyum. “Siap bos! Hahaha..Dadah” jawabkuuntuk Jeje “Mari Om,Tante”kataku ke Ortunya Jeje, lalu aku pulang menuju rumahku. Nggak sampai 20 menit,aku sampai dirumah lalu akupun sms Jeje. Dan akhirnya kita sering SMSan,telfon-telfonan,jalan bareng dan lain-lain. Lalu aku berfikir “Memang, tidak ada yang tak mungkin didunia ini jika semua dilandasi dengan keinginan untuk mendapatkan sesuatu,rasa optimis dan pantang menyerah. Dan tak lupa semua itu  juga karena kehendak yang kuasa”